Jumat, 25 November 2011

Dampak Shabu-Shabu

Meth-amphetamine, yang di Indonesia disebut shabu-sahu, ice atau speed berdampak merusak otak dalam jangka panjang. Akibatnya fungsi koordinasi dan memory terganggu hebat. Demikian penelitian terbaru para ahli di institut nasional AS untuk kecanduan narkotika-NIDA. Direktur NIDA, Dr.Alan Leshner menyebutkan, penemuan terbaru menunjukan adanya hubungan langsung antara penyalahgunaan meth-amphetamine dengan perubahan perilaku. Narkotika jenis ini bukan hanya ilegal tetapi amat berbahaya. Wajar jika institut nasional AS untuk kecanduan narkotika-NIDA memperingatkan bahaya meth-amphetamine. Sebab kasus penyalahgunaan speed, ice, crystal atau di Indonesia dikenal dengan nama shabu-shabu, terlihat meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah jajak pendapat di AS yang dilakukan antara bulan Maret sampai April 2000, menunjukan kecenderungan para pemakai speed atau shabu-shabu ini semakin muda usianya. Sekitar 78 persen pecandu shabu-shabu di AS adalah generasi muda berumur di bawah 30 tahun. Yang mengkhawatirkan, pecandu shabu-shabu yang berusia di bawah 18 tahun, jumlahnya mencapai sekitar 25 persen dari keseluruhan populasi pecandu. Tentu saja dikaitkan dengan hasil penelitian terbaru, kecenderungan ini amatlah merisaukan. Sebab kerusakan otak akibat pemakaian meth-amphetamine amat sulit disembuhkan dan bersifat menetap dalam jangka panjang.

Meth-amphetamine (shabu-shabu) mempengaruhi produksi unsur dopamin di dalam otak. Seperti diketahui, dopamin adalah senyawa kimia yang berfungsi mengantarkan pesan di dalam otak. Fungsinya berkaitan erat dengan munculnya perasaan bahagia, pengendalian gerak motorik dan gerak otot. Penelitian menggunakan tomografi emisi positron-PET oleh Dr. Nora Volkow dari laboratorium nasional Brookhaven di New York, menunjukan perbedaan besar antara pecandu dan bukan pecandu meth-amphetamine.

Volume dopamin pada kawasan otak para pecandu speed atau shabu-shabu, ternyata 24 persen lebih rendah dibanding pada otak bukan pecandu. Dampaknya amat jelas terlihat, dari mundurnya kemampuan memori, kemampuan pengendalian gerak motorik, serta kemampuan berbicara para pecandu. Juga penelitian menggunakan PET menunjukan tingginya metabolisme glukosa di otak pecandu. Hal itu menunjukan, terjadinya peradangan pada bagian otak pecandu meth-amphetamine.

Penyalahgunaan meth-amphetamine di kalangan remaja Indonesia, walaupun tidak diketahu angkanya diduga amat tinggi. Dijual dengan nama shabu-shabu, SS, mecin atau ubas, trend pemakainya mirip dengan di AS, yakni di kalangan remaja di bawah 30 tahun. Seperti juga remaja di AS, remaja Indonesia menggunakan shabu-shabu mula-mula hanya coba-coba atau untuk gagah-gagahan, agar diterima di lingkungan tertentu. Setelah itu mereka tidak bisa lepas lagi dari cengkraman bubuk setan itu. Selain itu ada anggapan, bahwa shabu-shabu tidak berbahaya. Atau bahayanya lebih ringan dibanding putauw yakni bubuk heroin kelas rendah, yang banyak menelan korban mati konyol di Indonesia. Memang pengguna sampah heroin yang dikenal sebagai putauw di Indonesia, akan merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya jika terlambat memakai narkotika tsb. Itulah sebabnya di kalangan pecandu heroin atau putauw ada istilah sakit atau sakauw, yaitu rasa sakit akibat ketagihan. Para pengguna narkotika jenis Meth-amphetamine semacam shabu-shabu, memang dilaporkan jarang sakauw ketika tubuhnya memerlukan narkotika tsb. Efek pemakaian narkotika ini, adalah perasaan gembira berlebihan dan seolah tidak pernah kekurangan energi. Meth-amphetamine mempengaruhi langsung sistem saraf pusat, dan pengaruhnya dapat bertahan sampai 24 jam. Setelah pengaruhnya habis, penggunanya bisa tiba-tiba merasa kosong, kehabisan energi dan mengalami depresi berat. Efek eforia dan paranoia yang menyertainya, tidak jarang menyebabkan penggunanya celaka. Banyak yang tidak mampu lagi mengendalikan diri setelah memakai speed, crystal atau shabu-shabu. Pernah dilaporkan seorang pemakai Meth-amphetamine melompat dari kereta api yang sedang melaju cepat, karena tidak bisa lagi membedakan mana kenyataan dan mana fantasi. Selain itu kerusakan otak yang menetap, akibat pemakaian jangka panjang terjadi akibat degenerasi sistem saraf pusat. Akibatnya banyak pecandu yang mengalami penyakit gangguan daya ingat, motorik dan bicara.Kerusakan otak akibat Meth - ampethamine

 OBAT NARKOBA


Kombinasi Flower Formula berperan sebagai Obat Narkoba untuk pengobatan kecanduan narkoba. Obat Narkoba ini tidak hanya bekerja untuk mengobati sistem kelenjar syaraf namun obat narkoba ini juga bekerja untuk mengobati organ tubuh. Obat Narkoba ini merupakan hasil penemuan Prof.Dr.Diana Mossop dari Inggris. Obat Narkoba ini sebaiknya digunakan selama minimal 12 bulan pengobatan untuk pemulihan sistem syaraf dan organ tubuh. Pada bulan pertama dan kedua, Obat Narkoba ini bekerja dengan mengeluarkan racun-racun yang mengendap pada batang otak dan organ ; pada bulan ketiga dan keempat, Obat Narkoba ini bekerja dengan memperbaiki sel-sel yang mengalami kerusakan.  
Catatan Penting :

Obat ini dapat digunakan tanpa sepengetahuan pecandu/pemakai dengan cara memasukkan tiap-tiap tablet dari masing-masing botol ke dalam air minum si pecandu/pemakai narkoba seperti air putih,susu,teh, kopi dan lain-lain lalu biarkan tablet-tablet tersebut selama minimal satu menit dalam air minum tersebut (Tujuannya  : agar energi saripati bunga terserap sempurna ke dalam air minum tersebut) , kemudian buang tablet-tablet tersebut dengan sendok plastik (tablet-tablet yang sudah dimasukkan ke dalam air selama minimal satu menit dan dibuang tidak lagi mengandung energi karena energinya telah terserap ke dalam air). Minuman yang telah mengandung energi saripati bunga tersebut boleh langsung diminum oleh si pecandu atau boleh juga disimpan terlebih dahulu ke dalam tempat-tempat yang jauh dari elektronik aktif (jangan simpan dalam kulkas karena ada aliran listrik)

1 komentar: