Meth-amphetamine, yang di Indonesia disebut shabu-sahu, ice
atau speed berdampak merusak otak dalam jangka panjang.
Akibatnya fungsi koordinasi dan memory terganggu hebat.
Demikian penelitian terbaru para ahli di institut nasional AS
untuk kecanduan narkotika-NIDA. Direktur NIDA, Dr.Alan Leshner
menyebutkan, penemuan terbaru menunjukan adanya hubungan
langsung antara penyalahgunaan meth-amphetamine dengan
perubahan perilaku. Narkotika jenis ini bukan hanya ilegal
tetapi amat berbahaya. Wajar jika institut nasional AS untuk
kecanduan narkotika-NIDA memperingatkan bahaya
meth-amphetamine. Sebab kasus penyalahgunaan speed, ice,
crystal atau di Indonesia dikenal dengan nama shabu-shabu,
terlihat meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah jajak
pendapat di AS yang dilakukan antara bulan Maret sampai April
2000, menunjukan kecenderungan para pemakai speed atau
shabu-shabu ini semakin muda usianya. Sekitar 78 persen pecandu
shabu-shabu di AS adalah generasi muda berumur di bawah 30
tahun. Yang mengkhawatirkan, pecandu shabu-shabu yang berusia
di bawah 18 tahun, jumlahnya mencapai sekitar 25 persen dari
keseluruhan populasi pecandu. Tentu saja dikaitkan dengan hasil
penelitian terbaru, kecenderungan ini amatlah merisaukan. Sebab
kerusakan otak akibat pemakaian meth-amphetamine amat sulit
disembuhkan dan bersifat menetap dalam jangka panjang.
Meth-amphetamine (shabu-shabu) mempengaruhi produksi unsur dopamin di dalam
otak. Seperti diketahui, dopamin adalah senyawa kimia yang
berfungsi mengantarkan pesan di dalam otak. Fungsinya berkaitan
erat dengan munculnya perasaan bahagia, pengendalian gerak
motorik dan gerak otot. Penelitian menggunakan tomografi emisi
positron-PET oleh Dr. Nora Volkow dari laboratorium nasional
Brookhaven di New York, menunjukan perbedaan besar antara
pecandu dan bukan pecandu meth-amphetamine.
Volume dopamin pada kawasan otak para pecandu speed atau
shabu-shabu, ternyata 24 persen lebih rendah dibanding pada
otak bukan pecandu. Dampaknya amat jelas terlihat, dari
mundurnya kemampuan memori, kemampuan pengendalian gerak
motorik, serta kemampuan berbicara para pecandu. Juga
penelitian menggunakan PET menunjukan tingginya metabolisme
glukosa di otak pecandu. Hal itu menunjukan, terjadinya
peradangan pada bagian otak pecandu meth-amphetamine.
Penyalahgunaan meth-amphetamine di kalangan remaja
Indonesia, walaupun tidak diketahu angkanya diduga amat tinggi.
Dijual dengan nama shabu-shabu, SS, mecin atau ubas, trend
pemakainya mirip dengan di AS, yakni di kalangan remaja di
bawah 30 tahun. Seperti juga remaja di AS, remaja Indonesia
menggunakan shabu-shabu mula-mula hanya coba-coba atau untuk
gagah-gagahan, agar diterima di lingkungan tertentu. Setelah
itu mereka tidak bisa lepas lagi dari cengkraman bubuk setan
itu. Selain itu ada anggapan, bahwa shabu-shabu tidak
berbahaya. Atau bahayanya lebih ringan dibanding putauw yakni
bubuk heroin kelas rendah, yang banyak menelan korban mati
konyol di Indonesia. Memang pengguna sampah heroin yang dikenal
sebagai putauw di Indonesia, akan merasakan kesakitan di
seluruh tubuhnya jika terlambat memakai narkotika tsb. Itulah
sebabnya di kalangan pecandu heroin atau putauw ada istilah
sakit atau sakauw, yaitu rasa sakit akibat ketagihan. Para
pengguna narkotika jenis Meth-amphetamine semacam shabu-shabu,
memang dilaporkan jarang sakauw ketika tubuhnya memerlukan
narkotika tsb. Efek pemakaian narkotika ini, adalah perasaan
gembira berlebihan dan seolah tidak pernah kekurangan energi.
Meth-amphetamine mempengaruhi langsung sistem saraf pusat, dan
pengaruhnya dapat bertahan sampai 24 jam. Setelah pengaruhnya
habis, penggunanya bisa tiba-tiba merasa kosong, kehabisan
energi dan mengalami depresi berat. Efek eforia dan paranoia
yang menyertainya, tidak jarang menyebabkan penggunanya celaka.
Banyak yang tidak mampu lagi mengendalikan diri setelah memakai
speed, crystal atau shabu-shabu. Pernah dilaporkan seorang
pemakai Meth-amphetamine melompat dari kereta api yang sedang
melaju cepat, karena tidak bisa lagi membedakan mana kenyataan
dan mana fantasi. Selain itu kerusakan otak yang menetap,
akibat pemakaian jangka panjang terjadi akibat degenerasi
sistem saraf pusat. Akibatnya banyak pecandu yang mengalami
penyakit gangguan daya ingat, motorik dan bicara.Kerusakan otak
akibat Meth - ampethamine
OBAT NARKOBA
Kombinasi Flower Formula berperan sebagai Obat Narkoba untuk
pengobatan kecanduan narkoba. Obat Narkoba ini tidak hanya bekerja untuk
mengobati sistem kelenjar syaraf namun obat narkoba ini juga bekerja
untuk mengobati organ tubuh. Obat Narkoba ini merupakan hasil penemuan
Prof.Dr.Diana Mossop dari Inggris. Obat Narkoba ini sebaiknya digunakan selama
minimal 12 bulan pengobatan untuk pemulihan sistem syaraf dan organ tubuh. Pada
bulan pertama dan kedua, Obat Narkoba ini bekerja dengan mengeluarkan
racun-racun yang mengendap pada batang otak dan organ ; pada bulan ketiga dan keempat, Obat
Narkoba ini bekerja dengan memperbaiki sel-sel yang mengalami kerusakan.
Catatan Penting :
Obat ini dapat digunakan tanpa sepengetahuan
pecandu/pemakai dengan cara memasukkan tiap-tiap tablet dari
masing-masing botol ke dalam air minum si pecandu/pemakai narkoba
seperti air putih,susu,teh, kopi dan lain-lain lalu biarkan
tablet-tablet tersebut selama minimal satu menit dalam air minum
tersebut (Tujuannya : agar energi saripati bunga terserap sempurna ke
dalam air minum tersebut) , kemudian buang tablet-tablet tersebut dengan
sendok plastik (tablet-tablet yang sudah dimasukkan ke dalam air selama
minimal satu menit dan dibuang tidak lagi mengandung energi karena
energinya telah terserap ke dalam air). Minuman yang telah mengandung
energi saripati bunga tersebut boleh langsung diminum oleh si pecandu
atau boleh juga disimpan terlebih dahulu ke dalam tempat-tempat yang
jauh dari elektronik aktif (jangan simpan dalam kulkas karena ada aliran
listrik)
nama obat nya apa? di jual bebas ga di apotik?
BalasHapus