Penelitian-penelitian di bidang adiksi dan mind-sciences (neurosciences) dalam
kurang lebih 10 tahun terakhir ini telah mendapatkan temuan-temuan
nyata tentang peran dan mekanisme otak dalam perilaku kecanduan. Bila
jiwa dan perilaku manusia dipandang sebagai “otak yang dioperasionalkan”
maka semua perilaku manusia, termasuk perilaku adiksi (kecanduan) harus
dipandang faktor di otaklah yang bertanggungjawab.
Dengan menggunakan peralatan medis canggih seperti MRI, CT Scan,Brainmapping, dan
lain-lain penelitian-penelitian adiksi bisa menunjukkan bahwa
faktor-faktor di otak yang bertanggungjawab pada terjadinya adiksi
adalah senyawa neurokimiawi di celah sinaptik yang disebut dopamin.
Celah sinaptik terdapat antara ujung satu sel syaraf (neuron) dengan
ujung sel syaraf yang lain. Dopamin yang dikeluarkan ke celah sinaptik
dari ujung sel syaraf akan ditarik dan ditangkap oleh reseptor-reseptor
dopamin pada dinding ujung sel syaraf lain pada celah itu.
Keluarnya
dopamin yang cukup, dalam kondisi normal, akan menimbulkan rasa nyaman
secara fisik dan mental pada individu. Bila suatu saat pengluaran
dopamin menurun, maka sirkuit otak yang didukung neurotransmiter lain,
GABA, akan bereaksi meningkatkan dan akibatnya akan tercapai respons
kenikmatan lagi. Opiat seperti heroin dan kokain yang disuntikkan dalam
darah akan mendorong pengluaran dopamin ke celah sinaptik lebih banyak
dan akibatnya tercapai respons rasa nyaman atau nikmat yang tinggi.
Bila
kemudian efek opiat yang mendorong dopamin ini menurun individu merasa
tidak nyaman bahkan kesakitan, maka ia harus mengkonsumsi opiat lagi,
secara dibakar dan disedot ataupun disuntikkan untuk meningkatkan
pengluaran dopamin lagi yang menimbulkan rasa nikmat lagi. Ternyata
untuk memperoleh rasa nikmat yang sama dibutuhkan zat adiktif yang makin
lama semakin banyak kadarnya. Terjadilah toleransi zat, dan
pengulangan-pengulangan terus yang disebut kecanduan (adiksi).
Opiat
(heroin, kokain) ternyata juga merusak sistem neurotransmiter GABA
yang berfungsi sebagai pengerem atau penghambat reseptor-reseptor
dopamin yang akan meningkatkan kadar dopamin terus menerus. Sistem GABA
yang membentuk sirkuit keseimbangan otak ini dihancurkan oleh zat
adiktif heroin atau kokain. Maka individu secara tak terkendali
menyuntikkan heroin terus sampai sehari sepuluh kali untuk meningkatkan
dopamin yang menghasilkan rasa nikmat napza.
Para
peneliti menemukan adanya predisposisi genetik pada para pecandu berat
opiat dan alkohol, yaitu tingginya jumlah A1 allele dari gen reseptor
DRD2 (dopamin) dan rendahnya jumlah gen reseptor serotonin di otak
mereka sebelum mereka menjadi pecandu. Tingginya jumlah allele gen
repetor dopamin ini menyebabkan dopamin yang tercurah pada mereka memang
banyak dan dibutuhkan zat adiktif opiat atau alkohol untuk mempercepat
peningkatannya bila suatu ketika menurun.
Jadi
mereka cenderung mencari zat-zat yang bisa secara cepat dan hebat
meningkatkan lagi dopamin mereka. Sedang rendahnya jumlah reseptor
serotonin menyebabkan selalu menurunnya serotonin di celah sinaptik yang
menyebabkan depresi dan bunuh diri. Pemakaian heroin, amfetamin atau
alkohol akan mendorong pelepasan neurotransmiter serotonin ini yang bila
meningkat kadarnya akan menghilangkan depresi dan memberikan rasa
nyaman dan bahagia.
Penggunaan
naltrekson, obat yang bisa “memblokir” reseseptor-reseptor opiat
menyebabkan opiat tidak bisa ditangkap tubuh untuk mendorong pelepasan
dopamin, dan akibatnya pecandu tidak akan bisa mendapatkan rasa nyaman
dan senang bila memakai napza jenis opiat, juga membuktikan peranan otak
dalam proses kecanduan.
Kombinasi
Formula Bunga/Home Formula (HF) berperan sebagai Obat Narkoba untuk
pengobatan kecanduan narkoba. Obat Narkoba ini tidak hanya bekerja untuk
mengobati sistem kelenjar syaraf namun obat narkoba ini juga bekerja
untuk mengobati organ tubuh. Obat Narkoba ini merupakan hasil penemuan
Prof.Dr.Diana Mossop dari Inggris. Obat Narkoba ini sebaiknya digunakan selama
minimal 3 bulan pengobatan untuk pemulihan sistem syaraf dan organ tubuh. Pada
bulan pertama dan kedua, Obat Narkoba ini bekerja dengan mengeluarkan
racun-racun yang mengendap pada batang otak dan organ ; pada bulan ketiga, Obat
Narkoba ini bekerja dengan memperbaiki sel-sel yang mengalami kerusakan.
- Home Formula 1 adalah obat narkoba yang bekerja pada sisitem Saraf Pusat
- Home Formula 2 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem kelenjar Pineal dan Pituitri dalam otak
- Home Formula 4 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem kelenjar Hipotalamus dalam otak
- Home Formula 5 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem kelenjar Limbic dalam otak
- Home Formula 8 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem Medulla Oblongata pada batang otak
- Home Formula 9 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem Kelenjar Tiroid pada leher
- Home Formula 10 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem Organ Paru untuk pernafasan
- Home Formula 13 adalah obat narkoba yang bekerja pada Kelenjar Anak Ginjal untuk mengontrol hormon Adrenalin
- Home Formula 18 adalah obat narkoba yang bekerja pada sistem sirkulasi darah baik pada pembuluh arteri maupun pembuluh vena
Reaksi setelah konsumsi Formula Bunga :
- Pada bulan pertama : Racun-racun narkoba yang terdapat pada batang otak dan kelenjar syaraf akan dibersihkan dan dinetralisir untuk menghilangkan efek adiksi/kecanduan
- Pada bulan kedua : Racun-racun narkoba yang terdapat dalam organ tubuh seperti jantung, paru, lambung,liver/hati, limpa dan usus halus akan dibuang dan dinetralisir untuk memperbaiki fungsi fisiologis tubuh.
- Pada bulan ketiga : Formula bunga melakukan pemulihan sel-sel syaraf, kelenjar-kelenjar tubuh seperti pineal,pituity, hipotalamus, dan organ tubuh. Biasanya setelah bulan ketiga, kecanduan akan hilang dan apabila si pasien tersebut hendak mengkonsumsi lagi/mencoba-coba lagi narkoba, tubuh akan melakukan penolakan/perlawanan seperti mual, muntah dan pusing. Pada kondisi ini, si pasien sudah sembuh total dan tidak akan berkeinginan memakai narkoba lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar