Salah satu akibat narkotika adalah mempengaruhi kerja otak. Pemakaian
narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat
kendali tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh. Karena bekerja pada
otak, narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan
perilaku pemakainya. Itulah sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif.
Menurut Laurensius Daniel Agen, SKM, Dosen Akper Darma Insan
Pontianak, ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang
menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun
dan timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah opioida yang di masyarakat
awan dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin. Kemudian obat
penenang atau obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo,
Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.
Namun ada pula narkoba yang memacu kerja otak, disebut stimulansia,
sehingga timbul rasa segar dan semangat, percaya diri meningkat,
hubungan dengan orang lain menjadi akrab. Akan tetapi menyebabkan tidak
bisa tidur, gelisah,
jantung berdebar lebih cepat dan tekanan darah
meningkat. Contohnya adalah amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan
nikotin yang terdapat dalam tembakau. Ada pula narkoba yang menyebabkan
khayal, disebut halusinogenika. Contoh LSD. Ganja menimbulkan berbagai
pengaruh, seperti berubahnya persepsi waktu dan ruang, serta
meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat digolongkan sebagai
halusinogenika.
Semua zat
psikoaktif (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat
mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya
terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter
yang paling berperan dalam terjadinya ketergantungan adalah dopamin.
Bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan adalah
sistem limbus. Hipotalamus adalah bagian dari sistem limbus, sebagai
pusat kenikmatan. Jika narkoba masuk ke dalam tubuh, dengan cara
ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba mengubah susunan
biokimiawi neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada asupan
narkoba dari luar, produksi dalam tubuh terhenti atau terganggu,
sehingga ia akan selalu membutuhkan narkoba dari luar.
“Yang terjadi pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel
otak pada pusat kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca
tanggapan orang itu. Jika merasa nyaman, otak mengeluarkan
neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan menyenangkan. Jika
memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan
batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus
dicari sebagai prioritas sebab menyenangkan. Akibatnya, otak membuat
program salah, seolah-olah orang itu memerlukannya sebagai kebutuhan
pokok. Terjadi kecanduan atau ketergantungan,” kata dia.
Pada ketergantungan, orang harus senantiasa memakai narkoba, jika
tidak, timbul gejala putus zat, jika pemakaiannya dihentikan atau
jumlahnya dikurangi. Gejalanya bergantung jenis narkoba yang digunakan.
Gejala putus opioida (heroin) mirip orang sakit flu berat, yaitu hidung
berair, keluar air mata, bulu badan berdiri, nyeri otot, mual, muntah,
diare, dan sulit tidur.
Narkoba juga mengganggu fungsi organ-organ tubuh lain, seperti
jantung, paru-paru, hati dan sistem reproduksi, sehingga dapat timbul
berbagai penyakit. Contoh: opioida menyebabkan sembelit, gangguan
menstruasi, dan impotensi. Jika memakai jarum suntik bergantian berisiko
tertular virus hepatitis B/C (penyakit radang hati). Juga berisiko
tertular HIV/AIDS yang menurunkan kekebalan tubuh, sehingga mudah
terserang infeksi, dan dapat menyebabkan kematian. Ganja menyebabkan
hilangnya minat, daya ingat terganggu, gangguan jiwa, bingung, depresi,
serta menurunnya kesuburan. Sedangkan kokain dapat menyebabkan tulang
sekat hidung menipis atau berlubang, hilangnya memori, gangguan jiwa,
kerja jantung meningkat, dan serangan jantung.
Jadi, perasaan nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa gembira yang
dicari mula-mula oleh pemakai narkoba, harus dibayar sangat mahal oleh
dampak buruknya. Seperti ketergantungan, kerusakan berbagai organ tubuh,
berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga dan
teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya kehidupan
moral, putus sekolah, pengangguran, serta hancurnya masa depan dirinya.
Akibat lain adalah disfungsi seksual. Dalam hal
ini narkoba mengakibatkan kecanduan yang sulit diatasi karena adanya
withdrawal syndrome yang dikenal sebagai “sakauw”. Belakangan ini
penyalahgunaannya semakin luas di kalangan masyarakat, baik muda maupun
tua. Banyak alasan dikemukakan. Dari sebagai gaya hidup, dibujuk orang
lain agar tergantung dan penjadi kemudian pelanggan tetap, sebagai
pelarian dari masalah, dan belakangan popular anggapan narkoba bisa
meningkatkan fungsi seksual. Anggapan itu tidak terbukti, sebaliknya
dapat merusak fungsi seksual dan organ tubuh yang lain.
Ada beberapa golongan Narkoba; narkotika (opiat, candu),
halusinogenik (ganja atau mariyuana), stimulan (ecstasy, shabu-shabu),
depresan (obat penenang). Masing-masing memiliki efek sendiri-sendiri
terhadap penggunanya.
Opiat yang menghasilkan heroin atau putauw membuat perasaan pengguna
seperti melayang, enak atau senang luar biasa (euforia). Ganja atau
mariyuana (kelompok halusinogenik) akibatkan timbulnya halusinasi,
sebagai pengguna tampak senang berkhayal. 40 – 60% pengguna melaporkan
efek samping yang tidak menyenangkan seperti muntah, sakit kepala,
tremor, otot terasa lemah, bingung, cemas, ingin bunuh diri dan
lain-lain. Sementara zat stimulant (ecstasy, shabu-shabu), zat
terkandung di dalamnya merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan
rangsangan fisik dan psikis. Pengguna ecstasy bersemangat tinggi, selalu
gembira, ingin bergerak terus, sampai tak ingin tidur dan makan.
Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan gangguan fisik dan psikis. Semua
tergantung jenis narkoba yang dipakai, cara penggunaan dan lamanya
penggunaan. Gangguan itu yang terjadi antara lain; kerusakan otak,
gangguan hati, ginjal, lambung, paru/pernafasan, jantung dan pembuluh
darah, penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik yang dipakai bergantian,
kelumpuhan otot, gangguan neurologis, kehamilan, kelainan hormon, dan
kanker.
Sementara gangguan psikisnya adalah; sikap yang apatis, euforia,
emosi labil, depresi, kecurigaan yang tanpa dasar, kehilangan kontrol
perilaku sampai mengalami sakit jiwa. Akibat fisik dan psikis adalah
kurang bisa berhubungan sosial dengan orang lain, merugikan orang lain,
contoh: perkelahian, kecelakaan lalu lintas.
Narkoba, kata Agen, juga mengganggu fungsi seksual reproduksi.
Heroin, walaupun menimbulkan euforia, tetapi berpengaruh buruk bagi
fungsi seksual. Pada pria bisa menurunkan kadar hormon testosteron,
menurunnya dorongan seks, disfungsi ereksi dan hambatan ejakulasi. Pada
wanita menurunnya dorongan seksual, kegagalan orgasme, terhambatnya
menstruasi, gangguan kesuburan, mengecilnya payudara dan keluarnya
cairan dari payudara.
Sedangkan Mariyuana selain menimbukan halusinasi berakibat buruk pula
bagi fungsi seksual.Pada pria, bisa membuat ukuran testis atau buah
pelir mengecil. Menurunnya kadar hormon testosteron, pembesaran payudara
pria, dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi, gangguan pada sperma.
Sementara pada wanita bias mengakibatkan gangguan pada sel telur,
hambatan menjadi hamil/ terhambatnya proses kelahiran, dorongan seksual
menurun.
Ecstasy sendiri sifat stimulannya membuat pengguna terus bersemangat
tinggi, gembira, ingin gerak terus. Meskipun menimbulkan pengaruh
merangsang, tetapi tidak timbulkan efek positif bagi fungsi seksual.
Ecstasy meningkatkan pelepasan neurotransmitter dopamin di dalam otak,
yang kemudian merangsang perilaku seksual dan bisa mengakibatkan
hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual. Pengguna jadi
berani melakukan hubungan seks tanpa pikirkan resiko yang mungkin
terjadi.
Sementara Depresan atau obat penenang dapat pula berakibat buruk
terhadap fungsi seksual. Penggunaan barbiturat menyebabkan gangguan
metabolisme testosteron dan estrogen. Pada pria bisa menurunkan dorongan
seksual dan disfungsi ereksi. Pada wanita mengakibarkan gangguan
menstruasi, dorongan seksual menurun dan sukar mencapai orgasme.
Kombinasi
Formula Bunga/Home Formula (HF) berperan sebagai Obat Narkoba untuk
pengobatan kecanduan narkoba. Obat Narkoba ini tidak hanya bekerja untuk
mengobati sistem kelenjar syaraf namun obat narkoba ini juga bekerja
untuk mengobati organ tubuh. Obat Narkoba ini merupakan hasil penemuan
Prof.Dr.Diana Mossop dari Inggris. Obat Narkoba ini sebaiknya digunakan selama
minimal 3 bulan pengobatan untuk pemulihan sistem syaraf dan organ tubuh. Pada
bulan pertama dan kedua, Obat Narkoba ini bekerja dengan mengeluarkan
racun-racun yang mengendap pada batang otak dan organ ; pada bulan ketiga, Obat
Narkoba ini bekerja dengan memperbaiki sel-sel yang mengalami kerusakan.
- Home Formula 1 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sisitem Saraf Pusat
- Home Formula 2 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem kelenjar Pineal dan Pituitri dalam otak
- Home Formula 4 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem kelenjar Hipotalamus dalam otak
- Home Formula 5 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem kelenjar Limbic dalam otak
- Home Formula 8 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem Medulla Oblongata pada batang otak
- Home Formula 9 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem Kelenjar Tiroid pada leher
- Home Formula 10 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem Organ Paru untuk pernafasan
- Home Formula 13 adalah obat
narkoba yang bekerja pada Kelenjar Anak Ginjal untuk mengontrol
hormon Adrenalin
- Home Formula 18 adalah obat
narkoba yang bekerja pada sistem sirkulasi darah baik pada pembuluh arteri
maupun pembuluh vena
Reaksi setelah konsumsi Formula Bunga :
- Pada bulan pertama :
Racun-racun narkoba yang terdapat pada batang otak dan kelenjar syaraf
akan dibersihkan dan dinetralisir untuk menghilangkan efek
adiksi/kecanduan
- Pada bulan
kedua : Racun-racun narkoba yang terdapat dalam
organ tubuh seperti jantung, paru, lambung,liver/hati, limpa dan usus
halus akan dibuang dan dinetralisir untuk memperbaiki fungsi fisiologis
tubuh.
- Pada bulan
ketiga : Formula bunga melakukan pemulihan sel-sel
syaraf, kelenjar-kelenjar tubuh seperti pineal,pituity, hipotalamus, dan
organ tubuh. Biasanya setelah bulan ketiga, kecanduan akan hilang dan
apabila si pasien tersebut hendak mengkonsumsi lagi/mencoba-coba lagi
narkoba, tubuh akan melakukan penolakan/perlawanan seperti mual, muntah
dan pusing. Pada kondisi ini, si pasien sudah sembuh total dan tidak
akan berkeinginan memakai narkoba lagi.